Rabu, 29 Mei 2013

LAPORAN PRATIKUM GOLONGAN DARAH


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Darah merupakan bagian yang sangat penting bagi manusia, begitu juga dengan penggolongan darah. Secara umum, penggolongan darah manusia yang sering dipakai adalah penggolongan darah dengan sistem A-B-O dan sistem Rhesus.
            Transfusi darah merupakan pemasukan darah lengkap atau komponen darah secara langsung ke dalam aliran darah (Dorland). Ketika tranfusi darah pertama kali dilakukan, timbul aglutinasi dan hemolisis sel darah merah secara cepat atau lambat, yang menimbulkan reaksi transfuse ytang berlebihan dan kadang-kadang kematian. Segera setelah itu, ditemukan bahwa darah dari orang yang berbeda mempunyai sifat antigen dan imunitas yang berbeda pula, sehingga antibodi dalam plasma darah seseorang akan bereaksi dengan antigen pada permukaan sel darah merah  orang lain yang golongan darahnya berbeda. Oleh karena itu, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mempelajari atau mengetahui apakah antibodi dan antigen yang terdapat pada darah donor dan darah resipiens akan menimbulkan reaksi transfusi atau tidak.
1.2 Tujuan Pratikum
          Adapun tujuan dari paratikum ini adalah untuk mempelajari sistem penggolongan darah A-B-O dan rhesus dengan melihat reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi.
1.3 Manfaat Pratikum
            Manfaat dari pratikum adalah agar dapat memahami cara menentukan golongan darah seseorang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggolongan Darah A-B-O
            Dalam mentransfusi darah dari orang ke orang, darah donor dan darah resipien normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe golongan darah O-A-B yang utama seperti tampak pada tabel berikut.
Genotip
Golongan Darah
Aglutinogen
Aglutinin
OO
O
-
Anti-A dan Anti-B
OA atau AA
A
A
Anti-B
OB atau BB
B
B
Anti-A
AB
AB
A dan B
-
            Berdasarkan tabel diatas, apabila tidak terdapat aglutinogen A dan B, maka bergolongan darah O. Apabila hanya memiliki aglutinogen A, maka bergolongan darah A dan apabila hanya memeliki aglutinogen B, maka bergolongan darah B. sedangkan apabila memiliki aglutinogen A dan B, maka orang tersebut bergolongan darah AB.
            Penggolongan darah berdasarkan sistem A-B-O ini dapat ditentukan dengan melihat ada atau tidaknya reaksi aglutinasi jika darah seseorang diberikan aglutinin. Pada orang yang bergolongan darah O tidak memiliki aglutinogen, oleh karena itu, tidak bereaksi apabila diberikan reagen anti-A atau anti-B. golongan darah A memiliki aglutinogen A dan akan beraglutinasi jika diberikan anti-A dan anti-AB. Golongan darah B memiliki aglutinogen B dan akan beraglutinasi jika diberikan anti-B dan anti-AB. Sedangkan untuk golongan darah AB yang memiliki aglutinognen AB, akan beraglutinasi apabila diberikan anti-A, anti-B, dan anti-AB.

2.2 Penggolongan Darah Sistem Rhesus
            Pada sistem rhesus, terdiri dari rhesus positif dan rhesus negatif. Sebagian besar orang asia termasuk Indonesia memiliki rhesus positif, sedangkan rhesus negatif pada umumnya dimiliki oleh orang kaukasia. Seseorang yang memiliki rhesus positif darahnya akan mengalami aglutinasi apabila diberikan anti-Rh. Sedangkan rhesus negatif, tidak akan bereaksi apabila diberikan anti-Rh.




BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
1.        Auto-click
2.        Lanset
3.        Kartu golongan darah
4.        Kapas
5.        Alkohol
6.        Tusuk gigi
3.2 Bahan
1.        Sampel darah
2.        Reagen agglutinin anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-Rh
3.3 Cara Kerja
1.        Siapkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.        Ambil kapas dan olesi dengan alkohol. Kemudian usapkan pada jari telunjuk pasien.
3.        Setelah selesai, pasang lanset pada auto-click dan suntikan ke jari telunjuk pasien yang sebelumnya telah diberikan alkohol. Jari pasien akan terluka dan mengeluarkan darah.
4.        Teteskan darah pasien di kolom anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-Rh pada kertas golongan darah.
5.        Kemudian, berikan masing-masing reagen pada setiap kolom sesuai dengan jenis antigennya.
6.        Setelah itu, ratakan darah dan reagen dengan tusuk gigi. Usahakan penggunaan satu tusuk gigi untuk satu reagen agar tidak menyebabkan kontaminasi yang dapat mengganggu reaksi nantinya.
7.        Biarkan sejenak dan putar secara melingkar untuk mempercepat reaksi.
8.        Setelah reaksi terjadi, amatilah bagian kolom yang menggumpal dan tidak menggumpal.
9.        Buatlah catatan dan kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan.



BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tes Pertama


Gambar 1
            Berdasarkan tes darah yang dilakukan selama pratikum, dapat disimpulkan bahwa golongan darah saudara Yoseph adalah B dengan rhesus positif. Pada kolom anti-B dan anti-AB terjadi penggumpalan. Hal ini membuktikan bahwa darah saudara Yoseph memiliki Aglutinogen B dan pada saat diberikan aglutinin anti-B dan anti-AB terjadi reaksi aglutinasi. Pada kolom anti-Rh juga terjadi penggumpalan, yang berarti bahwa darah Yoseph memiliki rhesus positif sehingga ketika diberikan aglutinin anti-Rh menyebabkan reaksi aglutinasi.
  2.2 Tes Kedua

Gambar 2
Berdasarkan tes darah yang dilakukan selama pratikum, dapat disimpulkan bahwa golongan darah saudara Sekar adalah A dengan rhesus positif. Pada kolom anti-A dan anti-AB terjadi penggumpalan. Hal ini membuktikan bahwa darah saudara Sekar memiliki Aglutinogen A dan pada saat diberikan aglutinin anti-A dan anti-AB terjadi reaksi aglutinasi. Pada kolom anti-Rh juga terjadi penggumpalan, yang berarti bahwa darah Sekar memiliki rhesus positif sehingga ketika diberikan aglutinin anti-Rh menyebabkan reaksi aglutinasi.




BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Sistem penggolongan darah manusia yang umum digunakan adalah sistem A-B-O dan sistem rhesus. Penentuan golongan darah seseorang tergantung pada reaksi aglutinasi yang terjadi antara antigen dan antibodi. Penggolongan darah sangat penting dalam membantu transfusi darah.



DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Imaduddin Muhammad.____. Pengembangan Algoritma Automated Optical Inspection (AOI) dalam Blood Pattern Match dengan Metode Backpropagation Neural Network. Surabaya: ITS.