BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Darah
merupakan bagian yang sangat penting bagi manusia, begitu juga dengan
penggolongan darah. Secara umum, penggolongan darah manusia yang sering dipakai
adalah penggolongan darah dengan sistem A-B-O dan sistem Rhesus.
Transfusi
darah merupakan pemasukan darah lengkap atau komponen darah secara langsung ke
dalam aliran darah (Dorland). Ketika
tranfusi darah pertama kali dilakukan, timbul aglutinasi dan hemolisis sel
darah merah secara cepat atau lambat, yang menimbulkan reaksi transfuse ytang
berlebihan dan kadang-kadang kematian. Segera setelah itu, ditemukan bahwa
darah dari orang yang berbeda mempunyai sifat antigen dan imunitas yang berbeda
pula, sehingga antibodi dalam plasma darah seseorang akan bereaksi dengan
antigen pada permukaan sel darah merah
orang lain yang golongan darahnya berbeda. Oleh karena itu, upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan mempelajari atau mengetahui apakah antibodi
dan antigen yang terdapat pada darah donor dan darah resipiens akan menimbulkan
reaksi transfusi atau tidak.
1.2 Tujuan
Pratikum
Adapun
tujuan dari paratikum ini adalah untuk mempelajari sistem penggolongan darah
A-B-O dan rhesus dengan melihat reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi.
1.3 Manfaat
Pratikum
Manfaat
dari pratikum adalah agar dapat memahami cara menentukan golongan darah
seseorang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggolongan
Darah A-B-O
Dalam
mentransfusi darah dari orang ke orang, darah donor dan darah resipien
normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe golongan darah O-A-B yang utama
seperti tampak pada tabel berikut.
Genotip
|
Golongan Darah
|
Aglutinogen
|
Aglutinin
|
OO
|
O
|
-
|
Anti-A dan Anti-B
|
OA atau AA
|
A
|
A
|
Anti-B
|
OB atau BB
|
B
|
B
|
Anti-A
|
AB
|
AB
|
A dan B
|
-
|
Berdasarkan
tabel diatas, apabila tidak terdapat aglutinogen A dan B, maka bergolongan
darah O. Apabila hanya memiliki aglutinogen A, maka bergolongan darah A dan
apabila hanya memeliki aglutinogen B, maka bergolongan darah B. sedangkan
apabila memiliki aglutinogen A dan B, maka orang tersebut bergolongan darah AB.
Penggolongan
darah berdasarkan sistem A-B-O ini dapat ditentukan dengan melihat ada atau
tidaknya reaksi aglutinasi jika darah seseorang diberikan aglutinin. Pada orang
yang bergolongan darah O tidak memiliki aglutinogen, oleh karena itu, tidak
bereaksi apabila diberikan reagen anti-A atau anti-B. golongan darah A memiliki
aglutinogen A dan akan beraglutinasi jika diberikan anti-A dan anti-AB.
Golongan darah B memiliki aglutinogen B dan akan beraglutinasi jika diberikan
anti-B dan anti-AB. Sedangkan untuk golongan darah AB yang memiliki
aglutinognen AB, akan beraglutinasi apabila diberikan anti-A, anti-B, dan
anti-AB.
2.2 Penggolongan
Darah Sistem Rhesus
Pada
sistem rhesus, terdiri dari rhesus positif dan rhesus negatif. Sebagian besar
orang asia termasuk Indonesia memiliki rhesus positif, sedangkan rhesus negatif
pada umumnya dimiliki oleh orang kaukasia. Seseorang yang memiliki rhesus
positif darahnya akan mengalami aglutinasi apabila diberikan anti-Rh. Sedangkan
rhesus negatif, tidak akan bereaksi apabila diberikan anti-Rh.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
1.
Auto-click
2.
Lanset
3.
Kartu golongan
darah
4.
Kapas
5.
Alkohol
6.
Tusuk gigi
3.2 Bahan
1.
Sampel darah
2.
Reagen
agglutinin anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-Rh
3.3 Cara Kerja
1.
Siapkan alat-alat dan bahan yang
dibutuhkan.
2.
Ambil kapas dan
olesi dengan alkohol. Kemudian usapkan pada jari telunjuk pasien.
3.
Setelah selesai,
pasang lanset pada auto-click dan suntikan ke jari telunjuk pasien yang
sebelumnya telah diberikan alkohol. Jari pasien akan terluka dan mengeluarkan
darah.
4.
Teteskan darah
pasien di kolom anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-Rh pada kertas golongan
darah.
5.
Kemudian,
berikan masing-masing reagen pada setiap kolom sesuai dengan jenis antigennya.
6.
Setelah itu,
ratakan darah dan reagen dengan tusuk gigi. Usahakan penggunaan satu tusuk gigi
untuk satu reagen agar tidak menyebabkan kontaminasi yang dapat mengganggu
reaksi nantinya.
7.
Biarkan sejenak
dan putar secara melingkar untuk mempercepat reaksi.
8.
Setelah reaksi
terjadi, amatilah bagian kolom yang menggumpal dan tidak menggumpal.
9.
Buatlah catatan
dan kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tes Pertama
Gambar 1
Berdasarkan
tes darah yang dilakukan selama pratikum, dapat disimpulkan bahwa golongan
darah saudara Yoseph adalah B dengan rhesus positif. Pada kolom anti-B dan
anti-AB terjadi penggumpalan. Hal ini membuktikan bahwa darah saudara Yoseph
memiliki Aglutinogen B dan pada saat diberikan aglutinin anti-B dan anti-AB
terjadi reaksi aglutinasi. Pada kolom anti-Rh juga terjadi penggumpalan, yang berarti
bahwa darah Yoseph memiliki rhesus positif sehingga ketika diberikan aglutinin
anti-Rh menyebabkan reaksi aglutinasi.
2.2 Tes Kedua
Gambar 2
Berdasarkan tes darah yang dilakukan
selama pratikum, dapat disimpulkan bahwa golongan darah saudara Sekar adalah A
dengan rhesus positif. Pada kolom anti-A dan anti-AB terjadi penggumpalan. Hal
ini membuktikan bahwa darah saudara Sekar memiliki Aglutinogen A dan pada saat
diberikan aglutinin anti-A dan anti-AB terjadi reaksi aglutinasi. Pada kolom
anti-Rh juga terjadi penggumpalan, yang berarti bahwa darah Sekar memiliki
rhesus positif sehingga ketika diberikan aglutinin anti-Rh menyebabkan reaksi
aglutinasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sistem
penggolongan darah manusia yang umum digunakan adalah sistem A-B-O dan sistem
rhesus. Penentuan golongan darah seseorang tergantung pada reaksi aglutinasi
yang terjadi antara antigen dan antibodi. Penggolongan darah sangat penting
dalam membantu transfusi darah.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton,
Arthur C. dan John E. Hall. 2007. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Imaduddin
Muhammad.____. Pengembangan Algoritma
Automated Optical Inspection (AOI) dalam Blood Pattern Match dengan Metode
Backpropagation Neural Network. Surabaya: ITS.